20.5.11

19 Mei 2011.

We know we can't wish the people we love to live forever, but sometimes, we wish they'd live one day longer.

Tarakanita 4 berduka. Yesterday, God called my two teachers back to heaven.
As I said, 3 tahun gue di SMP Tarakanita 4 adalah salah satu 3 tahun paling bermakna sepanjang hidup gue. For once in my life, my school was another place I'd call home. Nggak cuma karena temen-temen dan momen-momen di dalamnya, tapi juga keakraban murid-murid sama guru-gurunya yang gue yakin jarang ditemuin di tempat lain.

Bpk JB Mardi, dalam usianya yang sudah mencapai kepala 6, dan kepintarannya dalam matematika yang nggak pernah pudar, meninggal kemarin pagi karna kecelakaan. Shock awalnya, dan sedih. Bpk JB Mardi dulu terkenal kalem tapi killer, rajin ngasih latihan soal, rapih banget dalam ngasih catetan matematika. Kalo disapa sama anak-anak, yang adalah salah satu budaya di Tarpat, biasanya dia cuma ngangguk terus senyum. Hal yang paling gue inget adalah kebiasaannya nambahin huruf S diakhir kata-kata dengan huruf terakhir T. "Empats suduts," gue mengingat itu sebagai salah satu kekhasan dari guru besar yang satu ini. Sayangnya, gue nggak sempet ikut temen-temen untuk ngasih penghormatan terakhir ke beliau, karena jenazahnya hari itu juga akan dibawa ke Klaten.

Sorenya, gue skip kelas PsiKom, dan pulang ke rumah. Nyoba tidur siang, gue nggak bisa-bisa tidur. Nggak lama, adek gue masuk ke kamar dan bilang, "Kak, Pak Sus juga meninggal." Wasn't it weird? Pak Sus nyusul Pak Mardi sepulangnya beliau dari Rumah Duka St Carolus, karena serangan jantung. Dan fyi, Pak Sus was one of my closest teacher. Dulu dia guru Bahasa Indonesia, mulai tau ada anak murid yang namanya Reinata saat gue naik ke kelas 2 smp. Sejak itu, gue sering banget diajak ngobrol dan becanda sama Pak Sus. Tegas, dia adalah salah satu guru yang paling rajin meriksa kedisiplinan anak-anak, dan gue adalah salah satu murid yang paling nggak disiplin apalagi dalam soal pakaian dan sepatu, tapi gue sering dapet dispensasi :p Pas gue masuk SMA, setiap gue main ke Tarpat, gue masih sering nyamperin untuk ngasih laporan atau sekedar nanya kabar. Akhir-akhir ini, gue baru inget kalo gue belom sempet main ke Tarpat untuk ketemu sama guru-guru sejak gue kuliah, dan udah planning untuk main kesana pas liburan nanti. Tapi ternyata... Tuhan berkehendak lain. Gue shock, bbm juga langsung rame, singkat kata, sampe akhirnya gue dateng ngelayat ke rumah Pak Sus sama keluarga gue, dan ngeliat Pak Sus buat terakhir kali. Shock, nggak percaya, karena Pak Sus masih tergolong muda. Rumahnya rame banget, banyak anak murid yang dateng buat ngasih penghormatan untuk yang terakhir kalinya. Ini jadi bukti kalau sebenarnya, walaupun dulu anak murid banyak yang sebel karena kedisiplinan dan ke-killer-an guru-guru itu, tapi kita semua menyimpan rasa yang penuh hormat buat Bpk JB Mardi dan Bpk Susmana.

However, those teachers were once my inspirations in my whole life. Secara langsung atau nggak langsung, nilai-nilai yang ditanamin di SMP Tarakanita 4 dulu masih kerasa bergunanya untuk dipakai sampe sekarang, dan itu semua berkat guru-guru gue di SMP dulu.

They must be angels in heaven now. May you two rest in peace, dear teachers :')